Di Ankara, Perdana Menteri Turki Tayyip Recep Erdogan menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk bersidang dan bertindak cepat setelah apa yang ia gambarkan sebagai pembantaian terjadi di Mesir.
“Saya mengajak wahai negara-negara Barat. Anda telah bertindak diam di Gaza, Anda juga tetap diam (krisis) di Suriah … dan Anda masih juga diam di Mesir… Jadi kenapa Anda berbicara tentang demokrasi, kebebasan, nilai-nilai global dan hak asasi manusia?” Erdogan menyatakan kekesalannya saat konferensi pers, Kamis (15/8/2013).
Berbeda dengan Turki, Uni Emirat Arab (UEA), salah satu dari beberapa negara Arab Teluk yang ternyata sangat resah atas kemenangan Mursi dalam pemilihan presiden 2012, menyatakan dukungannya terhadap militer Mesir. UEA mengatakan pemerintah Mesir (baca: rezim teroris) telah “melakukan pengendalian diri secara maksimal”.
Sementara Ikhwanul Muslimin mengatakan korban gugur yang sebenarnya jauh lebih tinggi. Juru bicara Ikhwan mengatakan 3.000 orang telah gugur dalam “pembantaian” itu. Sedang Sinai Mesir, institusi yang concern untuk masalah Mesir, dalam kesaksiannya menyebut angka 6000 korban gugur dalam pembantaian yang dilakukan oleh rezim teroris itu.
Keadaan darurat dan jam malam diberlakukan dan tentara melakukan penangkapan dan penahanan tak terbatas, itu persis seperti zaman puluhan tahun di bawah Hosni Mubarak yang digulingkan dalam revolusi rakyat 2011. (Aljazeera/Dz/eramuslim)
Bacalah! 